Hidup Dimuliakan dan Dimanja
Keajaiban hidup selalu hadir pada mereka yang percaya. Saya termasuk yang memilih untuk meyakini bahwa hidup memang ajaib. Dan, ternyata memang seperti itulah adanya. Hidup di dunia ini penuh keajaiban.
The Orchid Residence adalah satu dari keajaiban hidup yang saya rasakan. Perumahan yang saya bangun di Depok ini datang dengan kisah yang menakjubkan. Bukan saya yang hebat dan bisa membangun perumahan itu, tapi Allah Yang Mahaajaib yang menitipkannya pada saya. Kini saya berharap cerita ini menginspirasi Anda.
Tahun 2006, banyak orang yang belum tahu aplikasi Google Earth.
Teman saya yang lulusan Fasilkom UI meng-install-kan software itu di laptop saya. Saya suka sekali main-main di software Google Earth tersebut. Melihat-lihat pohon-pohon hijau, rumah yang tak beraturan yang terlihat atapnya, dan tanah-tanah yang tersisa tinggal sedikit di daerah sekitar kota. Saya melihat ada lahan yang masih kosong di dekat rumah kontrakan saya di Depok. “Aduh enaknya kalau lahan itu jadi perumahan,” batin saya.
Beberapa hari kemudian Pak Lurah datang ke saya. “Pak Nas, mau beli tanah gak?” ujarnya. “Boleh Pak. Di mana?” jawab saya dengan sigap. “Di sana, dekat SMP 5.” Wah ajaib, ternyata lahan itu adalah lahan yang saya lihat di Google Earth beberapa hari sebelumnya.
Pak Lurah lalu memperkenalkan saya kepada pemilik tanah tersebut, seorang Pak Haji. Perbincangan pun dimulai dengan pertanyaan saya pada beliau. “Pak Haji, tanahnya dijual?”
Dia menjawab, “Iya, kalau memang harganya cocok. Tapi gua kagak tahu sertifikatnya di mana,” katanya membuat saya penasaran. “Lho, kok begitu, Pak Haji?”
“Iya, satu lemari isinya sertifikat semua. Gua gak paham tanah yang lu maksud yang mana?”
Wuih, saya berdecak kagum… ternyata yang saya temui adalah tuan tanah yang memiliki banyak perbendaharaan tanah…. “Sekitar Beji Timur, Pak Haji,” kata saya. “Ya udah, lu balik lagi aja minggu depan. Nanti gua siapin.”
Kira-kira seperti itu isi perbincangan kami yang saat itu saya ditemani bapak mertua saya.
Akhirnya, saya datang lagi minggu depannya sesuai waktu yang Pak Haji berikan. Beliau sudah menyiapkan delapan belas sertifikat di atas meja, lalu berkata, “Bawa dah (silakan bawa).” Saya langsung bertanya, “Bayarnya gimana, Pak Haji?” Maksud saya, berapa nilai harganya serta pola pembayarannya? Eh, dia balik bertanya, “Emang lu punya duit?”
Waktu itu umur saya masih sekitar 28 tahun. Saya masih sangat awam dalam berbisnis. Akhirnya, saya jawab, “Kalau duit, saya tidak punya, Pak Haji.”
Terus terang, saat itu saya memang tidak punya uang, tapi saya punya investor, punya teman, dan kerabat yang memang bekerja sama dengan saya.
“Emang gue tau dari tampang muka lu (gak punya duit). Lu bawa dah nih sertifikat. Gue pengen tahu apa yang lu bisa kerjakan dengan tanah ini,” ujar Pak Haji. Akhirnya, delapan belas sertifikat itu saya bawa, tanpa keluar uang satu sen pun!
Saya kaget. Pak Haji menyerahkan sertifikat itu kepada saya begitu saja. Sertifikat asli. Orang lain pada umumnya hanya memberikan fotokopian sertifikat saja. Mereka akan sangat hati-hati, dan bahkan fotokopi sertifikat itu dikasih tanda atau coretan. Namun, Pak Haji dengan entengnya menyerahkan semua sertifikat asli kepada saya. Tanah itulah yang akhirnya kini menjadi Perumahan The Orchid
Residence.
Saya ingin bertanya, “Dalam kasus ini, apa menurut Anda saya adalah orang yang hebat karena bisa membangun properti tanpa modal sedikit pun?” Dengan segala kerendahan hati saya katakan saya sama sekali tidak bisa apa-apa. Yang hebat adalah yang memberi rezeki tersebut. Tentu saja sesungguhnya yang memberikan rezeki itu adalah Allah, Tuhan Yang Mahakaya dan Maha Pemberi Rezeki. Saya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Jika Dia berkehendak, kehendakNyalah satu-satunya yang berlaku di muka bumi ini.
--Ketika kita bisa mengakses yang punya rezeki (Allah Swt) dengan ilmu yang diilhamkan juga oleh Nya, maka insya Allah rezeki tersebut datang. Ilmu rahasia magnet rezeki, tidak menjadikan kita menjadi orang yang mengaku bisa mengendalikan atau mendatangkan rezeki. Yang terjadi bahkan sebaliknya, kita menjadi orang yang bergantung kepada Pemilik Rezeki itu.--
Salah satu perumahan yang juga saya kembangkan. Lokasinya di belakang kampus UI Depok, Jawa Barat.
Selama satu tahun saya melihat-lihat tanah tersebut, lalu saya katakan, “Enak banget kalau tanah ini dijadikan perumahan.” Kemudian, setiap kali lewat di dekat lokasi tanah tersebut, saya berdoa kepada Allah, agar diizinkan membangun perumahan di lokasi tersebut.
Setahun lebih saya berdoa kepada Allah, mohon izin dan rezeki agar bisa memiliki tanah tersebut dan mengembangkannya menjadi perumahan. Apalagi ketika melihat sejumlah anak dan remaja bermain bola di tanah tersebut, keinginan saya semakin menggebugebu. Saya ingin sekali membuatkan lapangan sepak bola yang lebih bagus di tanah tersebut. Alhamdulillah tanah tersebut akhirnya dapat saya beli dan saya kembangkan jadi perumahan. Di dalamnya ada lapangan bola dan lapangan basket untuk para penghuni.
Saya tidak memiliki ilmu yang banyak untuk mengelola tanah. Ilmu saya hanya satu: Ilmu Magnet Rezeki dan magnet rezeki itu bekerja untuk saya. Dan saya yakin, ilmu ini juga bisa bekerja untuk Anda.
IImu Magnet Rezeki ini tidak berbicara tentang saya pribadi, ilmu ini tentang Anda yang juga akan menggunakan rahasianya. Saya menceritakan hal ini untuk memberikan inspirasi kepada Anda, bahwa kita semua bisa memperoleh kekayaan tanpa batas. Namun tentunya bukan sembarang kekayaan. Kaya yang bahagia. Kaya yang sehat. Kaya yang menginspirasi. dan bukan sebaliknya. Kaya tapi tidak bahagia. Kaya tapi malah sakit-sakitan. Kaya tapi malah dibenci oleh orang lain. Tentu bukan kaya seperti itu yang kita harapkan.
Kita pasti tidak ingin, punya gaji Rp15 juta per bulan, tapi biaya cuci darah Rp20 juta per bulan. Na’udzu billah min dzalik.
Yang kita inginkan tentunya meraih kekayaan tanpa batas yang membuat kita hidup tenang dan bahagia. Itulah kekayaan tanpa batas yang sesungguhnya. Anda mau?
dari buku "Rahasia Magnet Rezeki-Nasrullah"
Komentar
Posting Komentar