Kita [dianggap] Baik , karena Allah Menutupi Aib Kita
Sudah menjadi tabiat kebanyakan manusia yang suka dipuji-puji orang lain atas kebaikan, prestasi yang telah mereka capai. Bahkan tidak sedikit manusia yang melakukan kebaikan yang ditampak-tampakkan kepada khalayak dengan niatan ingin dipuji manusia lain.
"Orang-orang memujimu atas apa yang mereka sangka ada pada dirimu. Karena itu, celalah dirimu atas apa yang kau ketahui ada pada dirimu" (Ibnu Atha'illah as Sakandari)
Bahkan ketika kita menerima cacian dari orang lain pun, cobalah perhatikan, dengarkan baik-baik, seringkali itu masih jauh lebih baik dibandingkan aib yang masih Allah tutupi.
Sebenarnya bukanlah kita direndahkan, tapi kita lah yang merasa tinggi.
Melanjutkan apa yang disampaikan oleh Ibnu Atha'illah dalam kitabnya; "Seorang mukmin, jika dipuji, akan malu kepada Allah. Karena ia dipuji dengan sifat yang tidak ia dapati pada dirinya."
Janganlah terbuai dengan penghargaan dan apresiasi dari manusia lain, yang membuat kita lupa akan kehinaan diri.
Apa tandanya kita sedang melupakan kehinaan diri ? Tandanya adalah , Ketika kita mudah tersinggung dan sakit hati atas sikap dan perkataan orang lain yang ditujukan kepada kita.
Seandainya dosa-dosa kita ditampakkan, pantasnya kita itu gak dihargai, gak dianggap, dan gak didengar.
Hanya karena kemurahanNya lah yang masih menutupi segala aib hingga masih ada yang bersedia mendekat, bahkan melayani dan memuliakan.
Ketika Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu 'anhu dipuji oleh orang lain, maka ia berdoa kepada Allah;
"Ya Allah, Engkau lebih mengetahui aku dari diriku sendiri. Dan aku lebih mengetahui diriku dari pada mereka.
Ya Allah, jadikan aku lebih baik dari yang mereka sangkakan. Dan ampuni aku dari apa yang mereka tidak ketahui (tentang aku). Dan jangan Kau hukum aku sebab apa yang mereka katakan."
Betapa indah doa ini, semoga Allah memaafkan dan mencurahkan rahmatNya untuk kita.
@sonnyabikim
#motivasiship
Komentar
Posting Komentar